Buku yang ditulis dan diterbitkan berjudul ;”Strategi Misi Gereja” membahas Hubungan yang erat antara Teologi Kristen dengan Strategi Misi Gereja, Sebab selama ini Buku, Literatur dan bahan kajian Teologi Kristen terpisah dengan Misi Gereja, Maka melalui Karya Ilmiah ini Peneulis mengabungkan dengan penemuan baru dengan judul : Strategi Misi Gereja (Peranan Strategi Misi Gereja dalam Teologi Kristen), Dimulai dari Strategi Misi Gereja dalam penginjilan sangat dipengaruhi oleh peranan Roh Kudus. Dinamika misi gereja dari sejak jaman gereja mula-mula sampai sekarang telah mengalami perkembangan yang luar biasa, karena pekerjaan misi mendapatkan pertolongan kuasa Roh Kudus. Injil diberitakan maka Roh Kudus yang akan memberikan pengertian untuk menginsafkan seseorang menjadi percaya dan bertobat. 1. Missio Dei : (God Mission) Penginjilan oleh Roh Kudus adalah penginjilan Allah yang membawa kepada diriNya siapa saja yang peaya nama AnakNya Yesus Kristus. Oleh karya Roh Kudus, Yesus berinkarnasi melalui kandungan Maria (Lukas 1:35). Roh Kudus turun ke atas Kristus ketika Dia dibaptis dan Roh memperlengkapi Dia dengan kuasa untuk pelayanan seperti orang yang dipenuhi Roh Kudus (Matius 3:16). Ketika tiba saatnya Yesus meninggalkan muridmuridNya, Dia menjanjikan penolong yang lain dan menghibur yang diutus Bapa dan Anak (Yohanes 14:16; 15:26). Roh Kuduslah yang akan melanjutkan Misi Allah.Roh Kudus memakai orang percaya sebagai alatnya, namun Dia menunjukkan kepada kita bagaimana otoritasNya yang tertinggi dalam seluruh usaha penginjilan. v Petrus mengakui hal ini, “Dan kami adalah saksi dari segala sesuatu itu, kami dan Roh Kudus yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia” (Kisah Para Rasul 5:32). Roh Kudus yang memimpin jemaat dalam memilih orang-orang yang penuh dengan Roh untuk pelayananNya, namun Roh Kudus juga secara langsung campur tangan dalam memilih siapa yang Ia kehendaki (Kisah Para Rasul 9:17). Lukas menjelaskan kepada kita bagaimana perjalanan Rasul Paulus dipimpin oleh Roh Kudus. Meskipun mendapat tantangan dan aniaya, Roh Kudus memimpin jemaat agar menyebar memberitakan kesaksian Kristus. 2. Jemaat Memberitakan Injil dengan Roh Kudus : Pemberitaan Injil oleh jemaat dilakukan melalui pelayanan Firman, kesaksian hidup, pelayanan memberi pimpinan dan pelayanan menunjukkan kemurahan. Dalam pelayanan ini jemaat memberikan kesaksian melalui Roh Kudus setiap orang Kristen dituntut mengabarkan Injil yaitu dengan mengakui nama Yesus Kristus (Roma 10:9). Orang Kristen harus siap sedia dalam segala waktu untuk memberi pertanggung jawaban kepada tiap-tiap orang tentang pengaharapan yang ada pada mereka (I Petrus 3:5). Dalam keadaan seperti ini Roh Kudus akan menjadi guru baginya, melakukan peranNYa sebagai pembela (Matius 10:20; II Korintus 13:3). Perlu untuk diketahui bahwa perjanjian Baru tidak pernah menunjukkan bahwa semua orang memiliki karunia sebagai penginjil, gembala, atau pengajar. Karuniakarunia khusus dari Roh Kudus antara lain : kecakapan menyatakan tuntutan Injil, hikmat untuk menerangkan isi Alkitab, untuk menyatakan kesaksian mereka akan Kristus. Namun yang terpenting orang Kristen tidak boleh malu mengakui Kristus. vi Karena halangan terbesar untuk menyebarkan Injil bukan terletak pada keterbatasan pngetahuan ataupun kemampuan orang percaya menyatakan berita itu, melainkan keterbatasan keberanian dan kesetiaan. Kepenuhan Roh Kudus memberi orang Kristen kuasa untuk menyampaikan Injil dengan berani (Kisah Para Rasul 1:4). Merupakan bagian dari misi gereja untuk menyatakan berbagai standar Allah tentang kebenaran ditengah-tengah dunia yang menolak standar tersebut. Khususnya kaum awam harus menyampaikan kesaksian dilingkungan mereka bekerja, di pemerintahan, pada suasana apapun dan dimanapun mereka berada. Jemaat merembes seperti ragi dan garam tidak menggunakan kekuatan fisik. Inilah pekerjaan Roh Kudus yang mampu menembus apapun. Senjata kita untuk berjuang bukan dengan senjata duniawi, melainkan dengan senjata rohani (II Korintus 10:3-5). 3. Karunia-Karunia Penginjilan : Roh Kudus menggerakkan seluruh jemaat untuk memberikan kesaksian baik dengan perkataan maupun perbuatan, tetapi Roh juga membangun sidang jemaat untuk bersaksi menurut karuniakarunia yang Roh Kudus berikan. Karena jabatan dalam jemaat adalah jabatan pengabaran Injil yang bisa menjadi sumbang karena keduniawian atau terhalang oleh kelembagaan duniawi. Pada penghujung abad delapan belas ketika gereja dibangun kembali oleh panggilan untuk mengabarkan Injil, banyak organisasi misi dianggap tidak ada kaitannya dengan ajaran perjanjian Baru tentang jabatan penginjil. Kecenderungan demikian masih ada sampai sekarang. Struktur organisasi utusan Injil telah berubah menjadi bentuk organisasi gerejawi. Model seperti ini lebih cocok untuk organisasi politik atau bisnis ketimbang untuk mengelola gereja Kristus. Tentu saja jabatan penginjil bukan satu-satunya jabatan utusan Injil (Misionaris) dalam gereja. Para vii gembala dan pengajar perlu terlibat dalam pengabaran Injil (Roma 1:15). Ketika kita mengakui bahwa semua jabatan dalam jemaat itu bersifat missioner, tindakan gereja menjangkau orang luar bukan hanya meliputi talenta tersebut. Persekutuan oleh Roh yang mengikat umat Kristen juga memanggil dan memperlengkapi mereka menjadi utusan-utusan Kristus sampai keujung dunia. Berterima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi, sehingga buku ini dapat diterbitkan oleh IKB Press, yang dibawah binaan Yayasan Pendidikan Kristen “Institusi Kristen Borneo” (YPK-IKB).